Tepuk Sakinah yang Viral Bukan Sekadar Yel-Yel, Tapi Bermakna Edukatif KUA

sumber foto: Tirto.id

HALOGARUT – Beberapa hari terakhir, jagat media sosial diramaikan oleh video-video pendek pasangan calon pengantin yang melakukan Tepuk Sakinah. Gerakan sederhana itu tampak lucu dan menghibur. Tapi sejatinya terdapat makna edukatif dan strategis di baliknya bukan sekadar yel calon pengantin belaka.

Awal Mula Tepuk Sakinah Viral dan Reaksi Publik

Video Tepuk Sakinah kembali menimbulkan kehebohan setelah diunggah oleh akun resmi KUA Menteng pada Juli 2025. Sejumlah akun media sosial, terutama TikTok, turut menyebarkan ulang klip tersebut, menghasilkan jutaan tontonan dan ribuan komentar.

Beberapa kreator digital kemudian memparodikan gerakan tersebut, memperlihatkan bahwa tren ini tak hanya diterima sebagai konten serius, melainkan juga bahan hiburan, bahkan satire.

Respons publik pun campur aduk: sebagian mengapresiasi caranya menyampaikan pesan agama dengan ringan, sebagian lain meragukan efektivitasnya. Legislator pun ikut angkat suara, menyebut Tepuk Sakinah sebagai bentuk kreativitas KUA agar bimbingan pranikah tidak terasa kaku.

Di Balik Gerakan Tepuk Sakinah: Nilai yang Disisipkan

Meski viral, Tepuk Sakinah bukan sekadar hiburan. Menurut Kementerian Agama (Kemenag) yang dilansir olhe detikcom. Gerakan itu dirancang untuk membantu calon pengantin menghafal lima pilar keluarga sakinah, yaitu:

  1. Berpasangan (zawaj)

  2. Janji kokoh (mitsaqan ghalizan)

  3. Saling cinta, hormat, jaga, berbuat baik (mu’asyarah bil maʿruf)

  4. Musyawarah

  5. Saling ridha (taradhin)

Lirik yang diulang-ulang dan disertai tepukan tangan berirama memudahkan daya ingat dan keterlibatan emosional peserta. Menurut Prof. Alimatul Qibtiyah (UIN Sunan Kalijaga), Tepuk Sakinah diciptakan dalam workshop Bimbingan Perkawinan sejak 2018 sebagai strategi agar nilai-nilai keluarga tidak terasa berat dan bisa diterima dalam suasana menyenangkan.

Namun penting dicatat: gerakan ini tidak diwajibkan bagi semua calon pengantin. Ia hadir sebagai metode interaktif pendukung, bukan keharusan formal.

Fungsi Edukatif dan Psikologis

Mencairkan suasana

Dalam sesi bimbingan pranikah, materi seringkali panjang dan padat. Tepuk Sakinah digunakan sebagai “ice breaking” agar peserta tidak jenuh dan lebih aktif dalam mengikutinya.

Menguatkan daya ingat

Dengan pola ritmis dan pengulangan, peserta cenderung lebih mudah mengingat pesan moral yang ingin disampaikan dibanding jika hanya disampaikan secara lisan atau teks.

Membumikan konsep abstrak

Dengan gerakan tangan sederhana yang menyimbolkan nilai-nilai keluarga, konsep seperti musyawarah atau ridha menjadi lebih konkret dan mudah dipahami.

Batasan & Kritik yang Perlu Diperhatikan

  • Bukan solusi tunggal
    Meski efektif sebagai metode kreatif, Tepuk Sakinah tidak bisa menggantikan materi mendalam tentang keuangan keluarga, komunikasi, dan konflik rumah tangga. Ia hanya pembuka pintu pemahaman.

  • Risiko trivialisasi
    Parodi dan candaan masyarakat bisa mereduksi makna sejatinya, menjadikannya sekadar “tarian lucu” tanpa menggali nilai di belakangnya.

  • Penerapan tidak merata
    Tidak semua KUA atau bimbingan pranikah menerapkan metode ini. Tingkat sosial budaya dan akses peserta juga memengaruhi pemahaman terhadap gerakan ini.

Kesimpulan

Unggahan Tepuk Sakinah yang viral tidak sekadar tren hiburan media sosial. Ia adalah media kreatif untuk menyampaikan nilai-nilai keluarga sakinah kepada calon pengantin dengan cara ringan, mengena, dan mudah diingat.
Namun, ia bukan tujuan akhir. Agar gerakan ini benar-benar berdampak, dibutuhkan pendalaman materi, pendampingan nyata, serta kesungguhan peserta dalam mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup