Tak Sekadar Gratis, Menu MBG di Cimahi Dikeluhkan Siswa: Rasa, Kesegaran, dan Higienitas Jadi Sorotan

HALOGARUT – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan di sekolah-sekolah Kota Cimahi kembali menjadi sorotan. Sejumlah siswa mengeluhkan soal kualitas rasa, kesegaran, dan higienitas paket makanan, sementara orang tua mulai mengaku khawatir bila kondisi ini berlanjut dan berdampak terhadap kesehatan anak.

Keluhan Siswa: Rasa Asam, Makanan Kurang Segar

Siswa SMAN 3 Cimahi, MR (17), menyebut bahwa sayuran dalam menu MBG belakangan terasa asam, sehingga banyak siswa enggan makan sampai habis. “Kalau makanannya agak asem terutama sayur. Jadi banyak yang tidak dihabiskan,” ujarnya.

Siswa lainnya, PNF (17), mengatakan pernah mengalami sakit perut setelah mengonsumsi menu MBG. Ia menduga rasa kurang segar dari sayuran adalah pemicu. “Emang waktu makan agak bau asam sayurnya… mungkin makanannya kurang fresh,” katanya.

Seorang siswa SMP, RA (13), mengeluh kalau sayuran yang disajikan seringkali lembek dan warnanya sudah tidak menggugah selera. Bahkan nasi diganti dengan kentang yang dingin seperti baru keluar kulkas, menurutnya.

Kekhawatiran Orang Tua terhadap Higienitas dan Proses Penyajian

Keluhan dari siswa ini membuat orang tua ikut was-was. LP (49), orang tua asal Kelurahan Cibabat, mengatakan bahwa sebagai orang tua, ia tidak bisa melihat langsung bagaimana bahan makanan dipilih atau bagaimana proses memasak dilakukan. “Kita tidak tahu standar higienisnya,” ujarnya.

Orang tua juga menyebut bahwa beberapa menu seperti kentang atau buah potong yang cepat rusak harusnya diperhatikan sejak pengiriman hingga waktu penyajian agar tidak menimbulkan risiko keracunan.

Waktu Persiapan & Distribusi Jadi Sorotan

Salah satu temuan yang sering muncul adalah bahwa makanan terkadang sudah dimasak terlalu pagi agar bisa mendistribusikan MBG ke sekolah. Misalnya sayur pakcoy yang dimasak sejak dini hari untuk memenuhi ribuan porsi, sehingga ketika sampai di sekolah, sudah kurang segar atau kehilangan tekstur aslinya.

Faktor pendinginan dan penyimpanan juga menjadi perhatian karena paket makanan yang dingin sering dirasakan oleh siswa, sementara idealnya makanan panas atau hangat supaya aman dan nyaman disantap.

Implikasi & Potensi Risiko Kesehatan

Menurut laporan siswa-siswa, selain ketidaknyamanan rasa dan tekstur, beberapa sudah merasakan gejala ringan seperti sakit perut. Meski belum ada laporan keracunan massal di Cimahi yang dikhususkan dari kejadian ini, kekhawatiran orang tua tidak bisa dianggap ringan.

Pihak sekolah dan orang tua meminta transparansi terkait proses pengolahan makanan — mulai dari pemilihan bahan, kebersihan dapur SPPG (Satuan Pelayanan Penyelenggara Gizi), hingga standar pengemasan dan distribusi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup