OpenAI Kenalkan Sora 2: Revolusi Video Realistis Berbasis AI
HALOGARUT – OpenAI resmi meluncurkan model generasi berikutnya untuk produksi video dan audio berbasis kecerdasan buatan, yakni Sora 2, yang menjanjikan kualitas, realistis, dan kontrol lebih tinggi dibanding versi sebelumnya.
Berikut fakta, tantangan, dan peluang dari kehadiran Sora 2 yang layak diketahui publik.
Apa Itu Sora 2 dan Keunggulannya
Menurut pengumuman resmi OpenAI. Sora 2 dirancang agar lebih akurat secara fisik, realistis, serta lebih terkendali dalam menghasilkan video dan audio. Model ini mampu mensinkronkan dialog serta efek suara secara lebih halus, dan bisa mematuhi aturan gerak dan dunia nyata (misalnya benda yang jatuh tak tiba-tiba melayang).
Salah satu fitur menarik adalah “cameo”, yaitu kemampuan memasukkan representasi seseorang (berdasarkan video dan audio verifikasi) ke dalam adegan video yang dihasilkan. OpenAI juga menyediakan aplikasi mandiri bernama Sora,. Tersedia di iOS secara undangan, yang memakai model generasi terbaru dari OpenAI ini sebagai mesin utamanya.
Peluncuran dan Ketersediaan Sora 2
Peluncuran Sora 2 diumumkan pada 30 September 2025 melalui kanal resmi OpenAI. Saat ini, aplikasi Sora berjalan dalam sistem undangan (invite-only) dan baru tersedia di Amerika Serikat dan Kanada melalui perangkat iOS. Rencana ekspansi ke negara lain dan platform Android dijanjikan oleh tim pengembang.
Untuk pengguna ChatGPT Pro. OpenAI menyebutkan bahwa akses ke versi eksperimental Sora 2 Pro juga akan tersedia via situs web resmi.
Implikasi Sora 2 untuk Platform Digital
Kehadirannya memiliki efek signifikan ke lanskap konten digital dan peran mesin pencari:
-
Konten video berbasis AI makin mudah diproduksi. Kreator dan media dapat menciptakan video pendek dengan cepat bisa jadi beban produksi akan bergeser ke kontrol kualitas dan orisinalitas.
-
Kemungkinan munculnya konten AI generatif di mesin pencari. Jika video hasil diunggah ke situs web, mesin pencari seperti Google mungkin menampilkan atau merank-nya.
-
Tantangan hak cipta dan orisinalitas konten. OpenAI menyatakan bahwa video generatif baru akan memerlukan pemilik hak cipta untuk “opt-out” agar konten mereka tak digunakan sebagai bahan latar model. Jika tak diatur dengan jelas, platform digital dan media bisa menghadapi sengketa atau tuntutan DMCA jika konten AI menyerupai karya berhak cipta.
-
Risiko artefak visual dan kepalsuan konten. Penelitian mengungkap model video AI, termasuk yang dari Sora.Masih sering menghasilkan artefak visual seperti tepi kabur, distorsi gerak, objek hilang yang bisa merusak kredibilitas konten.
-
Bias tertanam dalam model. Studi terhadap Sora menunjukkan adanya kecenderungan bias gender berdasarkan prompt yang bersifat netral. Contohnya model mengasosiasikan jenis kelamin dengan profesi tertentu. Hal ini menyarankan perlunya evaluasi etis bagi kreator konten yang menggunakan model terbaru dari OpenAI ini.
Kesimpulan
Peluncuran Sora 2 menandai titik baru dalam evolusi generatif AI, terutama untuk konten video dan audio. Dengan kemampuan lebih realistis dan kontrol lebih tinggi, platform ini membuka peluang besar bagi kreator dan media.














