Musim Hujan 2025/2026 Diprediksi Lebih Lama dan Datang Lebih Cepat, BMKG Ingatkan Waspada
HALOGARUT– Memasuki akhir tahun 2025, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan serius kepada masyarakat dan pemerintah daerah: musim hujan 2025/2026 berpotensi datang lebih cepat dan berlangsung lebih lama dibanding rata-rata selama beberapa dekade terakhir. Kondisi ini membuka peluang sekaligus tantangan besar dalam pengelolaan bencana dan pemanfaatan cuaca untuk sektor produktif.
Prediksi Musim Hujan Terbaru dari BMKG
Menurut siaran pers resmi BMKG, sebagian wilayah di Indonesia sudah mulai diguyur hujan sejak Agustus 2025. Dalam beberapa bulan ke depan, hujan diperkirakan akan menyebar ke berbagai pulau secara bertahap.
BMKG menggunakan pembandingan terhadap rerata klimatologis periode 1991–2020 untuk memproyeksikan pergeseran musim. Dari 699 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sekitar 294 ZOM (42,1 %) diperkirakan memasuki musim hujan lebih awal dibanding pola normal. (dilansir oleh detikcom).
Secara umum, musim hujan diperkirakan berlangsung dari Agustus 2025 hingga April 2026. Puncak curah hujan bervariasi antar wilayah:
-
Sumatera & Kalimantan: November–Desember 2025 (menurut media CNN Indonesia)
-
Jawa, Sulawesi, Maluku & Papua: Januari–Februari 2026 (menurut media CNN Indonesia)
Di beberapa daerah, musim hujan juga diperkirakan berlangsung sedikit lebih panjang daripada biasanya.
Faktor Penyebab Musim Hujan dan Pengaruh Iklim
Analisis BMKG menunjukkan beberapa faktor yang mendorong percepatan dan pemanjangan musim hujan:
-
Indian Ocean Dipole (IOD) Negatif
Kondisi IOD saat ini berada di fase negatif dan diproyeksikan bertahan hingga November 2025. Fase negatif IOD cenderung meningkatkan suplai uap air dari Samudra Hindia ke Indonesia, terutama wilayah barat dan tengah, yang memicu peningkatan hujan. -
Suhu Muka Laut yang Lebih Panas
Data menunjukkan suhu muka laut di perairan sekitar Indonesia lebih tinggi sekitar +0,42 °C dari rata-rata klimatologis. Kondisi ini memicu pembentukan awan hujan lebih intensif. -
Fenomena ENSO Netral, dengan Potensi La Niña Lemah
Model iklim global menunjukkan bahwa ENSO akan berada pada fase netral sepanjang 2025. Namun, sejumlah model mengisyaratkan kemungkinan terjadinya La Niña lemah di akhir tahun, yang juga berpotensi menambah curah hujan di sebagian wilayah Indonesia. -
Teknologi Prediksi Lebih Canggih (AI)
Untuk meningkatkan ketepatan prediksi hingga skala lokal (kabupaten), BMKG juga telah menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam penyusunan model prediksi musim hujan.
Risiko yang Perlu Diantisipasi di Musim Hujan
Musim hujan yang lebih cepat dan panjang membawa sejumlah potensi risiko serius, terutama di wilayah rawan bencana hidrometeorologi:
-
Banjir & Genangan
Curah hujan tinggi dalam waktu singkat dapat menyebabkan sungai meluap, drainase tersumbat, dan genangan di daerah permukiman. -
Tanah Longsor & Banjar Bandang
Pada lereng dan daerah berbukit, hujan deras berkepanjangan meningkatkan peluang longsor dan banjir bandang. -
Angin Kencang & Hujan Petir
Aktivitas awan konvektif dapat memicu hujan disertai petir dan angin kencang, yang membahayakan bangunan dan pohon. BMKG sudah mengingatkan potensi cuaca ekstrem sepanjang periode peralihan. -
Ancaman Kesehatan
Kelembaban tinggi dan genangan air dapat meningkatkan risiko penyakit tropis, seperti DBD (demam berdarah) dan penyakit pernapasan.
Peluang dan Langkah Mitigasi yang Diharapkan
Meskipun berisiko, musim hujan yang lebih awal juga membuka ruang bagi langkah positif, terutama di sektor pertanian dan pengelolaan air:
-
Penyesuaian Pola Tanam
Petani dianjurkan untuk mempercepat kalender tanam agar tanaman mendapat cukup masa tumbuh dan panen sebelum musim kemarau berikutnya. -
Optimalisasi Sistem Irigasi dan Waduk
Pengisian waduk sejak awal musim hujan dapat menjaga cadangan air, sekaligus meredam banjir jika dikelola dengan baik. -
Perbaikan Drainase & Infrastruktur
Pembersihan saluran air, perkuatan tanggul, dan sistem pembuangan air perlu diperkuat agar tidak mudah tersumbat saat hujan besar. -
Peringatan Dini & Edukasi Publik
Informasi cuaca dan peringatan dari BMKG harus cepat disebarkan ke masyarakat, terutama di zona rawan. Partisipasi warga dalam mitigasi lokal (misalnya menjaga lingkungan tetap bersih) juga krusial.
Imbauan BMKG & Tindakan Awal
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa masa peralihan dari kemarau ke hujan adalah fase rawan bagi banyak wilayah. “Potensi kejadian bencana itu akan hampir sepanjang bulan,” ujarnya yang dikutip oleh Digtara.
BMKG mengimbau agar seluruh pihak pemerintah daerah, lembaga terkait, dan masyarakat melakukan langkah kesiapsiagaan sejak dini:
-
Pantau informasi cuaca dari kanal resmi BMKG
-
Bersihkan saluran air dan antisipasi genangan
-
Perkuat koordinasi lintas sektor penanggulangan bencana
-
Segera laporkan potensi bahaya lokal seperti longsor atau saluran tersumbat
Musim hujan 2025/2026 yang datang lebih cepat dan berlangsung relatif lebih lama ini adalah tantangan nyata bagi Indonesia. Dengan kesadaran, kolaborasi, dan tindakan preventif, potensi dampak negatif dapat diminimalkan, sementara manfaatnya terutama bagi sektor pertanian dapat dioptimalkan. Halogartut tetap akan memantau perkembangan prediksi cuaca nasional dan regional agar pembaca selalu mendapat informasi terkini dan akurat.













