Kota Cimahi Perketat Pengawasan MBG ke SPPG Usai Ditemukan Ulat di Sayuran, Cegah Potensi Keracunan
HALOGARUT – Sekolah-sekolah di Kota Cimahi bergerak cepat memeriksa kembali paket dari SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) usai muncul keluhan ada ulat dalam sayuran. Temuan ini memicu kekhawatiran akan potensi keracunan siswa, dan membuat pihak sekolah serta pemerintah daerah meningkatkan evaluasi dan standar keamanan pangan.
Latar Belakang & Temuan Sekolah
Sejumlah laporan masuk dari SMAN 3 Cimahi, Jalan Pesantren, bahwa di awal program MBG berjalan sejak Januari 2025, ada sayuran yang dikirim bersama paket makanan MBG menemukan ulat. Wakil Kepala Humas SMAN 3 Cimahi, Rika Hasbah, menyebut bahwa pihak sekolah langsung bertindak saat temuan itu dilaporkan, lengkap dengan dokumentasi foto dan video.
“Responsnya cukup cepat karena memang kita tidak mengada-ada dan fakta di lapangan,” ujar Rika. Selain itu, sekolah mengambil langkah evaluasi rutin melalui umpan balik siswa via kuesioner agar varian menu lebih sesuai selera dan standar higienitas dapat diperbaiki.
Seruan Pemerintah Kota untuk Peningkatan Kualitas & Higienitas
Wali Kota Cimahi, Ngatiyana, menekankan bahwa pengelola SPPG harus memperkuat pengawasan dari tahap penyediaan bahan baku, pemasakan, hingga penyajian MBG.
Ia mengingatkan agar teknik pengemasan diperhatikan, dan rentang waktu antara memasak dan distribusi ke sekolah tidak terlalu lama. Porsi makanan panas tidak langsung ditutup agar tidak memicu pertumbuhan bakteri atau jamur.
Ngatiyana juga menyebut bahwa hingga saat ini Kota Cimahi belum menerima laporan keracunan terkait MBG, tapi potensi tetap nyata jika standar higienitas tidak dijaga.
Evaluasi & Langkah Perbaikan
Beberapa sekolah di Cimahi, seperti SMAN 3, telah memperkenalkan langkah evaluasi tambahan.
-
Survei kepada siswa agar mengetahui menu yang disukai atau yang perlu dihindari.
-
Penyesuaian menu agar tidak monoton dan lebih variatif sesuai selera siswa.
-
Koordinasi lebih erat dengan SPPG agar pengemasan dan pengiriman tetap menjaga mutu dan higienitas.
Pemerintah Kota Cimahi dengan dinas terkait dan Dinas Kesehatan juga ikut turun tangan melakukan inspeksi dan pembinaan kelayakan operasional SPPG. Kejaksaan Negeri Cimahi bahkan dilibatkan untuk memastikan kepatuhan hukum dan regulasi yang berlaku.
Implikasi & Harapan ke Depan
Temuan ulat pada sayuran MBG menjadi sinyal penting bahwa kontrol mutu perlu diperbaiki untuk mencegah risiko yang lebih serius seperti keracunan massal. Walaupun belum ada kasus keracunan di Cimahi, pemerintah dan sekolah memandang bahwa tindakan preventif lebih baik daripada harus menanggulangi dampak terlebih dahulu.
Stakeholder yang ingin diperbaiki termasuk:
-
Penyedia SPPG perlu sertifikasi dan standar higienitas yang jelas.
-
Waktu antara proses masak dan penyajian dikurangi agar makanan tetap dalam kondisi aman.
-
Pengemasan dan distribusi harus menjaga suhu dan kebersihan sehingga tidak ada kontaminasi.
-
Pelibatan warga sekolah (siswa, guru) dalam feedback kualitas MBG dijadikan bagian dari mekanisme pengawasan.
Kota Cimahi menunjukkan respons cepat terhadap isu kualitas dan higienitas dalam program MBG. Dengan ditemukannya ulat dalam sayuran, sekolah dan pemkot meningkatkan evaluasi paket MBG ke SPPG untuk mencegah potensi keracunan. Ke depan, penerapan standar mutu pangan yang lebih ketat, pengawasan yang komprehensif, dan komunikasi transparan antara sekolah dengan penyedia SPPG menjadi kunci keberhasilan program Makan Bergizi Gratis agar manfaatnya maksimal dan risiko bagi kesehatan siswa dapat diminimalkan.
















