Jejak Kaki Jadi Viral, Dugaan Kembalinya Macan Tutul di Lembang? Ini Klarifikasinya

HAlOGARUT – Warga Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, kembali dibuat resah setelah muncul video viral yang memperlihatkan jejak kaki satwa misterius di kebun warga.

Banyak yang langsung menduga jejak kaki misterius itu berasal dari macan tutul yang kabur dari Lembang Park & Zoo beberapa waktu lalu.

Tapi, apa kata pihak berwenang? Ternyata ada klarifikasi penting dari BBKSDA Jawa Barat, dan target berita ini bukan cuma takut-takutan, tapi fakta yang bisa dipercaya.

Kronologi & Kejadian Jejak Kaki

Kasus bermula saat video jejak kaki misterius di kebun warga di Desa Sukajaya menyebar di media sosial.Warga merasa cemas, apalagi banyak anak bermain di sekitar sawah dan kebun di daerah tersebut.

Karena kabar macan tutul kabur dari kandang karantina di Lembang Park & Zoo belum lama ini, publik kemudian mengait-ngaitkan dua kejadian tersebut.

Sebelumnya, macan tutul berjenis Panthera pardus, hasil evakuasi dari Kuningan, dievakuasi ke Lembang Park & Zoo pada 26 Agustus 2025 untuk karantina dan observasi.

Namun pada 28 Agustus dini hari, satwa tersebut kabur dari kandang karantina setelah menjebol bagian atas kandang.

Petugas melaporkan bahwa pada waktu pemeriksaan pukul 04.30 pagi hewan masih di kandang, tapi sekitar pukul 05.30 sudah hilang.

Klarifikasi dari BBKSDA & Tim Penanganan Tentang Jejak Kaki Misterius

Menanggapi video jejak misterius, BBKSDA Jawa Barat melalui Humasnya, Eri Mildranaya, menyampaikan bahwa tim verifikasi sudah turun langsung ke lokasi.

Hasilnya mengatakan bahwa jejak yang beredar di video identik dengan jejak anjing, bukan jejak macan tutul.

Jadi walau memang ada macan tutul yang kabur dari kandang karantina, tidak serta-merta setiap jejak mencurigakan otomatis berasal dari macan tutul.

BBKSDA menekankan pentingnya verifikasi ilmiah & pengukuran jejak, termasuk ukuran telapak, pola kekuku, dan konteks lokasinya apakah di tempat terbuka, dekat pemukiman, atau pohon-pohon rindang.

Upaya Pencarian & Status Macan Tutul

Sementara itu, macan tutul yang kabur tersebut terus menjadi sorotan pihak BBKSDA, kebun binatang, dan aparat keamanan.

Tim gabungan menggunakan drone thermal, anjing pelacak (unit K9), bahkan polisi dan tim konservasi lainnya dikerahkan untuk menelusuri lokasi jejak kaki tersebut di sekitar Lembang Park & Zoo.

Setelah beberapa hari, pada 6 September 2025, BBKSDA menyebut bahwa macan tutul berusia sekitar tiga tahun itu diperkirakan sudah memasuki area hutan lindung di kaki Gunung Tangkuban Parahu.

Tim pencari tidak lagi fokus mengejar secara langsung, tapi tetap memantau aktivitas satwa dan memberi instruksi kepada warga jika melihat gerakan mencurigakan.

Respon Warga & Dampak Sosial

Warga setempat merasa was-was. Ketidakjelasan tentang jejak kaki dan keberadaan satwa buas membuat orang tua enggan membiarkan anak bermain di luar rumah. Terutama pagi & sore hari saat aktivitas warga tinggi.

Kabar yang viral juga memicu diskusi masyarakat soal tanggung jawab kebun binatang dan BBKSDA dalam menjaga keamanan lingkungan.

Selain itu, Lembang Park & Zoo sempat ditutup sementara, sebagai langkah antisipatif untuk sterilisasi area dan menjaga keamanan pengunjung.

Apa Fakta yang Perlu Diketahui

  • Ada jejak kaki misterius di kebun warga yang dikait-kaitkan dengan macan tutul.

  • Ada kasus macan tutul kabur dari kandang karantina di Lembang Park & Zoo.

  • Tetapi hasil verifikasi awal dari BBKSDA menyebut jejak tersebut identik dengan jejak anjing.

  • Macan tutul belum ditemukan di antara pemukiman warga; ia diperkirakan sudah masuk hutan lindung.

  • Pemerintah & lembaga konservasi tetap menjaga pemantauan dan menyediakan jalur pelaporan apabila warga melihat satwa liar.

Kesimpulan & Pesan

Meski kabar jejak kaki misterius membuat suasana jadi gempar, fakta menggambarkan bahwa bukan semua dugaan langsung cocok dengan kenyataan.

BBKSDA sudah melakukan verifikasi dan menyatakan bahwa jejak di kebun itu bukan dari macan tutul. Tapi karena ada macan tutul yang benar-benar kabur, kewaspadaan tetap diperlukan.

Untuk warga, penting untuk tidak menyebarkan informasi yang belum jelas verifikasinya agar tidak menimbulkan kepanikan.

Untuk pihak berwenang, lebih baik memperkuat sistem pengawasan kandang, edukasi publik, dan langkah preventif agar satwa liar tidak membahayakan masyarakat dan sebaliknya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup