Keracunan Makanan di Garut: 14 Siswa Alami Gejala Keracunan, Keamanan Program MBG Perlu Dievaluasi
HALOGARUT – Sebanyak 14 siswa dari SMP Siti Aisyah dan Madrasah Aliyah Ma’arif di Kecamatan Kadungora, Garut, Jawa Barat, mengalami keracunan makanan usai menyantap sajian Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Selasa, 16 September 2025. Para korban, yang sebagian besar mengalami gejala mual, muntah, hingga diare, langsung dilarikan ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan medis. Kejadian ini menambah daftar panjang masalah terkait penyediaan makanan gratis yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pihak berwenang.
Kejadian bermula saat siswa-siswa tersebut menerima menu ayam berkuah yang disiapkan dalam rangka kegiatan MBG. Namun, tak lama setelah mengkonsumsi hidangan tersebut, para siswa mulai merasakan gejala yang cukup mengkhawatirkan. Gejala pertama muncul pada malam hari, beberapa jam setelah mereka pulang dari sekolah. Seorang ibu, Nurani, yang anaknya menjadi korban keracunan, menceritakan pengalaman pahit tersebut. Ia mengaku bahwa sang anak yang tidak sarapan pada pagi hari, merasakan sakit perut yang sangat hebat pada malam hari, diikuti dengan mual, muntah, dan diare.
“Semalam sudah terasanya, sakit perut, ada mencret (diare), dan tadi muntah,” kata Nurani dengan nada cemas, saat ditemui di Puskesmas Kadungora pada Rabu (17/9/2025). Sang ibu mengungkapkan kekhawatirannya atas kondisi anaknya yang semakin memburuk. Beberapa siswa lain juga melaporkan keluhan serupa, dengan gejala yang hampir identik. Para siswa yang terdampak segera dievakuasi ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan medis. Meskipun tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun keracunan makanan tersebut jelas menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua dan masyarakat.
Menanggapi kejadian ini, pihak berwenang langsung bergerak cepat. Polisi dan Dinas Kesehatan setempat telah mengumpulkan sampel makanan yang disajikan, termasuk muntahan para korban, untuk diuji di laboratorium. Langkah ini diambil untuk mengetahui penyebab pasti keracunan dan memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Pemeriksaan sampel tersebut diharapkan dapat memberikan jawaban yang jelas apakah makanan yang disajikan mengandung bahan berbahaya atau tercemar.
Meskipun keracunan ini tidak menimbulkan korban jiwa, namun kejadian ini mengundang keprihatinan yang mendalam. Program MBG yang seharusnya bertujuan untuk memberikan makanan bergizi bagi anak-anak, justru berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Evaluasi menyeluruh terhadap proses penyediaan dan distribusi makanan MBG perlu dilakukan untuk memastikan bahwa setiap tahap, dari pengolahan hingga penyajian, memenuhi standar keamanan pangan yang ketat.
Dinas terkait, seperti Dinas Kesehatan dan Satgas Pangan, diharapkan dapat melakukan audit terhadap dapur umum yang menyiapkan makanan tersebut. Tak hanya itu, mereka juga perlu mengevaluasi seluruh prosedur dalam penyediaan makanan gratis ini agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Pemeriksaan terhadap para pelaku yang terlibat dalam distribusi makanan tersebut juga harus dilakukan guna mengetahui apakah ada kelalaian atau unsur kesengajaan yang menyebabkan keracunan.
Kejadian ini menjadi pengingat bagi pihak penyelenggara kegiatan MBG untuk selalu memperhatikan aspek keamanan pangan. Sebab, meskipun niat untuk memberikan makanan bergizi sangat baik, namun tanpa memperhatikan kualitas dan keamanan makanan, risiko keracunan bisa terjadi kapan saja. Oleh karena itu, edukasi dan pelatihan tentang keamanan pangan bagi pihak yang terlibat dalam penyediaan makanan sangat penting, agar tidak ada lagi anak-anak yang menjadi korban akibat kelalaian dalam penyajian makanan.
Kehati-hatian dalam mengelola program MBG harus ditingkatkan untuk memastikan bahwa tujuan mulia tersebut tercapai tanpa membahayakan kesehatan anak-anak. Pihak berwenang, terutama di tingkat daerah, harus lebih serius dalam memastikan bahwa setiap kegiatan yang melibatkan pemberian makanan gratis dilakukan dengan standar yang tinggi demi kesehatan dan keselamatan masyarakat, khususnya para siswa.***
















